Pengelola
Aneka Tunjangan (P2TK DIKDAS) bisa disebut sebagai korban dari "kenakalan
remaja" sinkronisasi DAPODIKDAS. Jika posisi P2TK tidak sebagai korban
tentu mereka tidak akan merilis skema BSD.
Solusi BSD bersifat sementara hanya untuk memenuhi kebutuhan P2TK DIKDAS terkait aneka tunjangan yang seharusnya sumber datanya dipasok oleh Server Pusat DAPODIKDAS dengan lancar, tepat waktu dan berkualitas sesuai janji2nya selama ini. Untungnya P2TK DIKDAS masih dalam satu DIREKTORAT dengan DAPODIKDAS, sehingga kinerja buruk DAPODIKDAS terpaksa ditolerir dan dilindungi kepentingan politisnya oleh P2TK DIKDAS.
Seandainya
DAPODIKDAS dikelola oleh Unit Kerja lain, kemungkinan besar P2TK tidak akan
mentolerir lagi kinerja buruk DAPODIKDAS sejauh ini. Bahkan kebolehjadian P2TK
akan membangun solusi sistem sendiri untuk menunjang pasokan data Aneka
Tunjangan dari sekolah-sekolah melalui aplikasi SIMTUN di Dinas Pendidikan
masing-masing.
Namun
solusi BSD patut diapresiasi karena dapat meredam kegalauan para OPerator
Sekolah untuk sementara waktu ini. Setidaknya ada muncul notifikasi status file
BSD sukses terkirim pada aplikasi memberi secercah harapan bagi OPS. Meskipun
pada akhirnya OPS tersadar dan makin berharap harap cemas karena hasil sukses
kirim BSD ternyata tidak serta merta terlihat real time di info PTK.
Fakta
bahwa BSD tidak mencadangkan (backup) seluruh data pada DAPODIKDAS akan menjadi
bumerang dikemudian hari. Karena sumber referensi data menjadi bias, apakah
dari Server DAPODIKDAS atau Server BSD P2TK ? Tentu P2TK akan selalu
mempertahankan hasil BSD apapun itu, karena terlanjur sebagai basisdata utama
penerbitan jutaan SK Tunjangan para PTK. Jika dipaksakan mengacu pada Server
DAPODIKDAS maka proses cek ricek integrity data semakin rumit dan runyam.
Belajar
dari kasus BSD P2TK, efeknya tingkat kepercayaan dari unit kerja lain terhadap
kualitas data hasil DAPODIKDAS semakin menurun. Jika DAPODIKDAS belum juga
berhasil menjamin sinkronisasi data lancar, cepat dan akurat namun tetap
dipaksakan demi melindungi kepentingan tertentu maka kebolehjadian nanti akan
muncul varian BSD lainnya, seperti: BSD-BOS, BSD-UN, BSD-DAK, BSD-BSM,
BSD-BIDIKMISI, BSD-PDSSnya DIKTI, BSD-PADAMU NEGERI, dan lainnya
Oleh karena
itu dapat dinalisa bahwa Solusi BSD tidak banyak membantu menyelesaikan
permasalahan DAPODIKDAS. Justru BSD akan menambah potensi permasalahan dengan
resiko tinggi terkait integrity data antar keduanya dikemudian hari.
Rekomendasi
solusi dari kami hanya 2 hal saja, yaitu:
1.
Ganti sistemnya atau
2.
Ganti pengasuhnya.
Kedua
hal tersebut bukan sesuatu yang tabu karena faktanya sudah penah terjadi pada
program PADATI WEB, DAPODIK Biro PKLN dan PAS DIKMEN barusan ini.
Lalu
bagaimana dengan DAPODIKMEN ?
DAPODIKMEN
baru dirilis resmi tanggal 2 Mei lalu, jadi ibarat bayi baru lahir yang masih
perlu banyak disapih dalam beberapa bulan ke depan.
No comments:
Post a Comment