Aplikasi Dapodikdas, Satu Data Seribu Masalah

Dengan jargon satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, satu data, aplikasi dapodikdas melaju sejak tahun 2012. Terlepas dari segala kemudahan dalam pengisian data namun aplikasi dapodikdas ini menyimpan seribu masalah yang kadangkala tidak mendapat respon dari para pengembang aplikasi itu sendiri. Untuk pendataan menggunakan aplikasi dapodikdas ini pun diberi target waktu  dan harus sinkron semua data tersebut. Lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah yang kesulitan dalam hal jaringan, kurangnya SDM serta sarana dan prasarana?
Tidak tahu menahunya Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan tentang kondisi di lapangan yang dihadapi para operator sekolah yang kesulitan dalam menginput data sungguh membuat hati ini miris.

Hadirnya aplikasi dapodikdas 2013 ini sebenarnya membuat saya sedikit bertanya, kenapa para pengembang aplikasi dapodikdas tidak mengembang aplikasi dapodikdas 2012 yang lumayan mudah digunakan oleh para operator sekolah karena tidak ada minimum spesifikasi komputer yang digunakan. Ketimbang mengembangkan aplikasi baru, lebih baik memperbaiki aplikasi yang terdahulu.
Masalah lain yang muncul selain respon lambat dan kurangnya pelatihan adalah sulitnya melakukan pengiriman data. Data yang telah diketik satu hari namun ketika ingin melakukan sinkronisasi perlu waktu berbulan-bulan. Sungguh sebuah ironi. Para operator sekolah di desak agar data itu cepat dikirimkan namun kenyataannya melakukan pengiriman data begitu sulitnya hingga harus mengorbankan waktu tidur para operator itu sendiri.

Saya tidak tahu apa masalah yang terjadi di Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan tersebut hingga sulitnya menerima data yang dikirimkan daerah. Memang dalam isu para operator sekolah, salah satu kendala begitu sulitnya data dikirimkan adalah terbatasnya server yang digunakan untuk menerima data tersebut. Kalau isu itu benar maka akan jadi sebuah pertanyaan, kenapa ketika aplikasi ini dilepas ke daerah sementara Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan tidak menyiapkan server untuk menerima serbuan data dari ribuan sekolah di seluruh Indonesia?
Aplikasi dapodikdas sejak tahun 2012 memang digadang-gadang akan menjadi tumpuan data dalam pemberian dana sertifikasi para guru bahkan akan dianggap jadi satu-satunya acuan dalam pemberian dana tersebut namun kenyataan di lapangan memang tidak semulus harapan, di lapangan ternyata banyak data guru yang tidak terkirim dan pada akhirnya pengiriman manual masih dilakukan, saya juga pernah menulis betapa kacaunya aplikasi ini di kolom kompasiana, baca disini.

Dan ketika aplikasi dapodikdas 2013 lahir dan menjadikan aplikasi ini begitu mengerikan karena selain menjadi tumpuan data untuk pemberian dana sertifikasi guru, aplikasi dapodikdas 2013 ini juga digunakan untuk pembagian dana BOS, Beasiswa serta tunjangan lainnya. Dengan banyaknya tunjangan yang dipengaruhi dari hasil data aplikasi dapodikdas 2013 ini maka sekolah tentu berlomba untuk mengirim data sekolah mereka dan ternyata [lagi] kenyataan pahit 2012 tentang sulitnya mengirim data kembali terulang bahkan lebih parah hingga bulan Februari  ini yang katanya akan menjadi bulan terakhir pengiriman data ternyata banyak sekali sekolah yang belum bisa mengirimkan datanya, bahkan para operator sekolah sudah begadang siang dan malam untuk mengirimkan data namun hasilnya tetap nihil.
Sebagai seorang tenaga honorer tentu saya tidak punya power untuk berontak ketika terjadi masalah pada aplikasi, saya cuma berharap bahwa aplikasi ini terus diperbaiki karena bagaimana pun juga tujuan lahirnya aplikasi ini sangat baik agar data para guru bisa disatukan dalam satu tempat serta untuk mengurangi kecurangan yang mungkin saja bisa terjadi dalam penyaluran dana sertifikasi. Namun satu harapan saya adalah janganlah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan melepas sebuah aplikasi tanpa memikirkan kesulitan sekolah-sekolah pinggiran dalam hal akses internet serta sumber daya manusia dalam menggunakannya apalagi aplikasi dapodikdas ini tanpa buku panduan, kurang maksimalnya pelatihan bagi operator sekolah dan setiap bulan harus upgrade versi. Jadi jangan jadikan operator sekolah sebagai kelinci percobaan sebuah aplikasi yang tidak siap pakai sementara operator pusat seakan tutup mata dan telinga dengan permasalahan di daerah.


Salam satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, satu data, seribu masalah kita, Dapodik.

1 comment: